avatar

free counters

01 Maret, 2009

Love Actually

Di saat waktu berhenti….
kosong…
dimensi membutakan mata memekakkan telinga
lalu diri menjadi hampa
saat paradigma dunia tak lagi digunakan untuk menerka
sadarku akan hadirMu
mematahkan sendi-sendi yang biasanya tegak berdiri

Pernah terbesit di pikiran gue iri melihat orang-orang di sekeliling gue, disayangi “someone”. Apalagi di bulan Februari. Di mana-mana nuansanya Valentine bhow! Gue emang penganut “tiada pacaran sebelum akad”, tapi sebagai manusia kadang timbul juga perasaan ingin diperhatikan secara istimewa. Tidak pernah tahu rasanya candle light dinner. Pun tidak pernah menerima cokelat Toblerone dengan kata-kata romantis dari puisinya khalil Gibran (ABCDE..., Aduh Bhow, Capek Dech Eke). Tidak ada yang menawarkan jaketnya saat gue menggigil kedinginan. Atau berpegangan tangan sambl melihat hujan meteor. (Deuh, MG buanget! Basi dech he.. he…)
Dari waktu ke waktu selalu gue temukan cerita dan kisah asmara antara dua sejoli yang tertusuk panah cinta. Segala teori dan argumentasi yang dilontarkan akan lumpuh begitu saja saat gue sendiri yang mengalami bagaimana hebatnya cinta itu mempengaruhi diri (pengalaman pribadi ney...). Mungkin sulit dipahami bagi orang yang sedang tak mencinta, bagaimana rasa cinta itu menjelma menjadi ratusan ribu pulsa telepon, berlimpahnya waktu untuk menunggu yang terkasih walau sedang dalam deadline ketat, terbuka lebarnya mata mengerjakan tugas-tugas demi membantu yang tersayang, bahkan sampai sebuah Taj Mahal yang begitu megah. Bongkahan pengorbanan yang tak rela dipecahkan… (Ah... Romantisnya....)
Lalu gue pun tersadar, kata-kata cinta yang dirindukan itu sudah sering gue dengar. Orang tua gue selalu mngucapkannya. Memanggil gue dengan “sayang” betapapun gue telah menyusahkan dan sering menyakiti mereka. Mungkin mereka bahkan memanggil gue seperti itu sejak gue belum dilahirkan. Padahal belum tentu gue yang melapangkan mereka ke surga…. Belum tentu bisa jadi kebanggaan mereka. Jangan-jangan hanya jadi beban…:(
Tatapan cinta itu juga sering gue terima. Dari ibu yang begadang menjaga gue yang sedang demam…. Dari ayah yang sampai berhenti merokok agar bisa membeli makanan untuk gue…. Dari teman yang beriring-iring menjenguk gue ketika dirawat di rumah sakit…. Dari adik yang memeluk gue ketika bersedih. Dari sepupu yang berbagi makanan padahal ia juga lapar. Aduh coy, betapa seringnya gue nggak menyadari…
Gue selalu terpana dengan cinta. Membuat pikiran ini dengan susah payah membayangkan seorang Abu Bakar yang tiba-tiba berlari kesana kemari, kadang ke depan, ke samping, lantas tiba-tiba ke belakang Rasulullah. Saat itu mereka sedang dalam perjalanan hijrah menuju Madinah. Di belakang, orang-orang kafir Quraisy mengejar, bermaksud membunuh Muhammad SAW. Tentu saja Rasulullah terheran-heran. Beliau pun bertanya dan dijawab oleh Abu Bakar, bahwa ketika ia melihat musuh ada di belakang, maka Abu Bakar berlari ke belakang. Jika musuh di depan, Abu Bakar lari ke depan, dan seterusnya. Abu Bakar siap menjadi tameng buat Rasulullah. Agar jika ada musuh menyerang, ia lah yang lebih dulu menerimanya. (‘Berkas-berkas Cahaya Kenabian’, Ahmad Muhammad Assyaf).
Kasih dari ciptaan Allah lainnya juga melimpah. Matahari yang menyinari dengan hangat. Udara dengan tekanan yang pas. Sampai cinta dari hal yang selama ini mungkin tidak terpikirkan. Gue pernah membaca tentang planet Jupiter. Sebagai planet terbesar tata surya kita, Jupiter yang gravitasinya amat tinggi, seakan menarik bumi agar tidak tersedot ke arah matahari. Benda-benda langit yang akan menghantam bumi, juga ditarik oleh Jupiter. Kita dijaga Men! Di atas segalanya, tentu saja ada cinta Allah yang amat melimpah. Duh…. Begitu banyaknya gue berbuat dosa, Allah masih berbaik hati membiarkan gue hidup…. Masih membiarkan gue bersujud walau banyak nggak khusyuknya. Padahal kalau Ia mau, mungkin gue pantas-pantas saja langsung dilemparkan ke neraka Jahannam… Coba, mana ada sih kebutuhan gue, elo dan kita semua yang tidak Allah penuhi. Makanan selalu ada. Kita berkesempatan menimba ilmu sampai ke tingkat tinggi. Anggota tubuh yang sempurna. Diberi kesehatan. Diberi kehidupan. Apalagi yang kurang? Tapi tetap saja berbuat maksiat, jarang sedekah, lupa ibadah, nyontek, banyak bikin dosa…. Hidup lagi... Malu gue...
Tentu ada ujian dan kerikil di sepanjang kehidupan ini. Tapi bukankah itu bagian dari kasih-Nya juga? Bagaimana kita bisa merasakan kenikmatan jika tidak pernah tahu rasanya kepedihan? Buat temen-temen gue yang diuji Allah dengan cobaan, yakinlah bahwa itu cara Allah mencintai elo. Pasti ada hikmahnya. Pasti! Jadi, selama ini ternyata kita bukan kekurangan cinta. Bahkan kita tenggelam dalam lautan cinta yang begitu murni. Kita aja yang nggak pernah sadar.
Sekarang pertanyaannya, apa yang telah kita lakukan untuk membalasNya? Kalau gue, (malu nih..) sepertinya masih sering menyakiti orang lain. Sadar ataupun tidak sadar. Kalaupun tidak sampai menyakiti, rasanya masih sering tidak peduli dengan orang. Apalagi pada Allah…. Begitu besarnya cinta Allah pada gue dan gue masih sering menyalahgunakannya. Mata tidak digunakan semestinya, lisan kejam dan menyayat-nyayat, waktu yang terbuang sia-sia… dan banyak lagi lainnya, kalo mau diketik semua nggak bakal cukup dech hardisk ini.
Kalau sudah seperti ini, rasa iri pada semua hal-hal yang berbau “pacaran pra-nikah” hilang sudah. Minimal, berkurang drastislah. Siapa bilang gue tidak dicintai? Memang tidak ada yang mengantar-antar gue ke mana-mana, tapi Allah menjaga di setiap langkah. Tidak ada candle light dinner, tapi ada sebuah keluarga hangat yang menemani setiap makan malam. Tidak ada surat cinta, tap bukankah Allah selalu memastikan kebutuhan kita terpenuhi? Bukankah itu juga cinta?
Sadar nggak sih Men...?. “cinta” yang digembor-gemborkan di TV lewat film, lagu, puisi bahkan menjadi “dewa” bagi kebanyakan youngster sekarang tuh “cinta negatif!”. That is… cinta yang dialirkan dari energi tak terkendali. Ini nich, cinta yang merusak. Terlahir dari syubhat dan syahwat. Ngakunya moderat, padahal kuno berat. Bagaimana tidak kuno, cinta yang lahir dari syahwat mulai ada sejak jaman baheula, bagaimana mungkin orang yang tidak pacaran disebut sebagai “ketinggalan jaman”? Cinta negatif kini telah membanjiri pasaran, menebar kemudharatan, kampungan! Remaja gelagapan dan tidak tahu jalan, akhirnya ikut-ikutan. Bahkan cinta negatif telah menjelma menjadi teroris! Bukan hanya cinta yang mengeksploitasi seks, juga cinta kepada tahta dan harta yang membuat manusia berubah menjadi serigala yang sanggup tertawa-tawa ketika mengunyah bangkai teman sendiri (Contoh: korupsi, fitnah, mencontek).
Padahal gue, elo dan kita semua nich di dunia ini khan cuma sebentar, paling banter juga 80an tahun, itu juga dah nggak bisa dugem-dugeman lagi. Use your time wisely, Friend. Rasulullah pernah bersabda “Tiadalah perbandingan dunia ini dengan akhirat, kecuali seperti seorang yang memasukkan jarinya dalam lautan besar maka perhatikan berapa jumlah air yang menetes darinya” (HR Muslim).
Ingat donk Men…. Cinta kepada Allah sebagai cinta yang hakiki, sedang cinta kepada selain Allah dilaksanakan dalam rangka ketaatan kepada Allah. Entah cinta yang “resmi” itu akan datang di dunia atau tidak. Tapi ingin rasanya gue membalas semua cinta yang Allah ridhoi. Tulisan ini bukan untuk curhat internasional lho. Yah, siapa tahu ada yang senasib dengan gue. Guys, kita coba sama-sama yuk! Jangan sampai ada cinta halal yang tak terbalas.

Sujudku…
pun takkan memuaskan inginku
tuk hanturkan sembah sedalam kalbu
adapun kusembahkan syukur padaMu ya Allah
untuk nama, harta, dan keluarga yang mencinta
dan perjalanan yang sejauh ini tertempa
Alhamdulillah,
beri hamba kesempatan
yang membuat hamba mengerti lebih baik tentang makna diri
semua lebih berarti apabila dihayati
Alhamdulillah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

please comment here...