avatar

free counters

05 Juli, 2010

gagalnya PPDB DKI Jakarta 2010

hal menarik yang menjadi sorotan media, bahkan mencengangkan, hadir sebuah fakta bahwa pendaftaran siswa baru, PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) DKI Jakarta mengalami kegagalan. Kenapa?
ada beberapa alasan, misalnya: Jakarta adalah kota besar dengan tingkat pendidikan tinggi, Jakarta adalah ibu kota negara, Jakarta telah melaksanakan PPDB setidaknya sejak SBY menjadi presiden periode pertama, dan Jakarta diantara beberapa provinsi yang menggunakan internet untuk pendaftaran, yang terbilang: gagal.

Lebih jauh, yang juga menjadi pertanyaan menarik adalah terkait dengan penyebabnya. Sebabnya apa PPDB DKI Jakarta 2010 gagal?.

Perlu diketahui, dari mulai pelatihan untuk koordinator ataupun operator, didepan layar (ada juga yang dibelakang layar) banyak yang menyangsikan tentang kemampuan personil Dinas Pendidikan Jakarta dalam menyelesaikan hajatan tiap tahun ini. Dari mulai dengan resikonya, hingga yang teknis juga ditanyakan (baca: termasuk diingatkan). Saya sendiri orang yang termasuk tidak yakin, PPDB DKI Jakarta 2010 ini lancar, mengingat para pelaksana (Dinas Pendidikan DKI JAkarta), menurut saya “bukan jago komputer”, ditambah lagi pengalaman saya menjadi Tim SASOnline yang juga dipegang oleh personil Dinas DKI Jakarta. Keduanya sama lemot. “Pengalaman adalah guru yang terbaik”. Ketidakyakinan semakin menjadi, ketika instruktur pelatihan PPDB tahun ini mengungkapkan alasan kenapa tidak memakai SIAPOnline seperti tahun lalu dengan menjawab: agar lebih murah, selanjutnya pertanyaan saya tentang support untuk program situs PPDB, sang instruktur menjawab: semua bisa, akan tetapi beberapa hari kemudian dijawab melalui pengumuman di situsnya: pakai Mozilla. Saya beritahu kebeberapa teman tentang ketidakyakinan ini, dan mereka berkata: semoga PPDB tahun ini lancar. Sayangnya, do’a temanku ditolak…

Saya bukanlah ahli IT yang mengetahui secara teknis, namun saya meyakini ada beberapa sebab PPDB tahun ini gagal sebagai berikut:

1. personil PPDB yang kini dikelola oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta, tidak memiliki kemampuan teknis pertahanan virtual yang memadai. Kenapa?, budaya kerja mereka adalah “wayangan” yang isinya kerja borongan karena ada tender proyek, artinya ketika tidak ada proyek, mereka tidak “menyentuh” tentang program, terlebih untuk PPDB, sehingga kemampuan mereka kalah dengan personil yang “makan, berak, tidur, didepan komputer untuk ngurusin program”. Dengan kata lain, kalau belum pernah nge-jebol atau nge-hack situs, maka jangan ke-PD-an buat sistem situs sendiri!.

2. usaha mengurus sendiri PPDB 2o10 oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta harus diapresiasi namun disisi lain, bukan hal yang tidak merugikan pihak lain. Boleh jadi, lawan politik para pemegang proyek sekarang (baik dari dinas itu sendiri atau dari luar) ataupun lapak-lapak lainnya yang pernah atau tidak lulus tender dengan dinas tersebut, mengalami “sakit hati”. Sekali lagi, boleh jadi, mereka “mengganggu” situs http://sma.ppdbdki.org/ yang sampai Senin ini (5 Juli) masih mati, tertulis: page load error. Untuk PPDB DKI Jakarta tingkat SMP, ternyata diserang 2000 hecker, gimana yang SMA ya?. Selain itu, apalagi mengingat bahwa PPDB adalah proyek besar, anggarannya mencapai 5 milliar rupiah.

3. secara resmi, dalam siaran pers yang diterbitkan di situs Dinas Pendidikan Provinsi Jakarta, yang menjadi penyebab errornya situs PPDB adalah: “terjadi beban lebih (overload) pemrosesan data”. Membaca hal itu, bukan hanya saya, berpendapat bahwa betapa lemahnya persiapan. Bagaimana mungkin, ini tidak diperhitungkan?, sedangkan mereka mengetahui jumlah siswa yang lulus SMP di DKI, dan perkiraan yang daftar dari luar kota mengingat Jakarta telah melakukan proses PPDB bertahun-tahun. ALasan resmi itu, kemudian menjadi bahan tertawaan, hinaan, bahkan pertyanyaan bahwa ada yang disembunyikan. Bagaimana mungkin sistem melalui situs PPDB yang mengurusi tingkat provinsi sampai luput tentang masalah daya tampung pendaftar?.

4. yang terakhir adalah terkait dengan sebab teknis infrastruktur. Saya kurang memahaminya, tapi saya yakin juga menentukan kinerja situs PPDB. Terkait dengan itu, mengutip pendapat Budi Rahardjo, seorang pakar telekomunikasi yang juga sebagai dosen ITB dan pernah menjadi konsultan IT KPU untuk Pemilu 1999 dan 2004, bahwa aplikasi laman internet membutuhkan sejumlah faktor, dari desain sampai ke aplikasinya. Layanan data bisa saja sudah baik, tetapi kinerjanya belum maksimal atau bermasalah kinerja sebuah aplikasi laman internet tergantung pada unsur infrastruktur, seperti bandwidth, server, dan aplikasi. Infrastruktur menyangkut bandwidth yang harus mencukupi untuk akses internet. Faktor server terkait dengan masalah memori dan sebagainya. Adapun faktor aplikasi menyangkut database dan sebagainya.

Semoga, dengan peristiwa kegagalan dalam PPDB tahun ini yang dikelola sendiri oleh Dinas Pemerintah DKI Jakarta, kita semua dapat pelajaran bahwa segala sesuatu haruslah dengan persiapan (plan) yang benar-benar baik.